MANUSIA
DAN CINTA KASIH
1.HAKIKAT CINTA
KASIH
Cinta,
boleh jadi merupakan suatu istilah yang sulit untuk dibatasi secara jelas.
Kendatipun demikian, sulit juga untuk diingkari bahwa cinta adalah salah satu
kebutuhan hidup manusia yang cukup fundamental. Begitu fundamentalnya
sampai-sampai membawa Victor Hago, seorang pujangga terkenal, kepada satu
kesimpulan : bahwa mati tanpa cinta sama halnya dengan mati dengan penuh dosa.
Secara
sederhana cinta dikatakan sebagai paduan rasa simpati antara dua makhluk. Rasa
simpati ini tidak hanya berkembang di antara pria dan wanita, akan tetapi bisa
juga diantara pria dengan pria atau wanita dengan wanita. Contoh yang mudah di
mengerti untuk ini dapat kita lihat pada hubungan cinta kasih antara seorang
ayah dengan anak laki-lakinya, atau seorang ibu dengan anka gadisnya.
Cinta
memang sangat erat terpaut dengan kehidupan manusia. Tidak pernah selintas pun
orang berpikir bahwa cinta itu tidak penting. Mereka haus akan cinta. Banyak
orang tidak henti-hentinya menonton film tentang kisah cinta, baik yang
berakhir dengan bahagia ataupun yang sebaliknya. Banyak orang yang suka
mendengarkan berpuluh-puluh lagu yang bermotif tentang cinta. Kendatipun
demikian, hampir setiap orang tidak pernah berfikir tentang apa dan bagaimana
cinta itu. Padahal, cinta bisa diibaratkan sebagai suatu seni yang bagaimana
bentuk seni lainnya, sangat memerluakn pengetahuan dan latihan untuk bisa
menggapainnya.
Sampai
dengan sekarang ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa cinta itu tidak
lebih dari sekedar perasaan menyenangkan yang untuk mengalaminya orang harus
terjatuh kedalamnya. Sikap semacam itu pada hakikatnya berdasar pada
pendapat-pendapat berikut ini, baik secara sendiri-sendiri ataupun
bersama-sama.
Yang
pertama, banyak orang melihat masalah cinta ini pertama-tama sebagai masalah
dicintai dan bukan masalah mencintai, yaitu masalah kemampuan orang untuk
mencintai. Pendapat semacam ini akan mendorong manusia untuk selalu
mempermasalahkan bagaimana supaya iya dicintai, atau bagaimana supaya iya
menarik orang lain. Dan untuk mengejar tujuan ini umumnya orang menempuh
beberapa jalan. Yang laki-laki biasanya akan berusaha menjadi sukses, berkuasa
dan kaya sejauh dimungkinkan oleh batas-batas kedudukan sosialnya, sementara
yang wanita, biasanya, berusaha membuat dirinya lebih menarik, lebih cantik,
lebih merangsang dan lain sebagainya. Selain itu, cara yang dianggap bisa
menarik orang lain adalah dengan memupuk tingkah laku yang menyenangkan,
menyuguhkan tutur kata yang menarik, suka menolong, sopan, dan
tindakan-tindakan lain yang bersifat tidak mengganggu orang lain.
Penonjolan masalah dicintai dengan cara-cara yang umum
ditempuh tersebut bisa kita petik dalam novel Nh.Dini, Hati Yang Damai :
“Kau
tidak berhak berbuat begitu. Kau tahu aku mencintai Sidik. Dan kalau tahu apa
akibatnya ini bagi persahabatan kalian kalau mau memulai menyalahinya”.
“Aku
tidak memulainya, salakah aku kalau jika mencintai orang yang dicintai kawanku
sendiri ? Aku tidak bisa melupakan, Dati, Kau harus memberiku kepastian. Aku
akan mempunyai kedudukan lebih baik dari Sidik jika lulus nanti. Kita bisa minta tempat ke lain pulau. Kau ingin ke
Kalimantan, bukan ?” bujuknya, dan tangannya kasar meraba mukaku bibirnya kaku
memaksaku menerima ciumannya. Sementara nafasku tersengal. Lalu aku menolaknya
dengan keras.
Pendapat
kedua, di belakang sikap bahwa tidak ada yang harus di pelajari dalam hal
cinta, adalah satu dugaan bahwa masalah cinta adalah masalah obyek, dan bukan
masalah bakat. Dugaan semacam ini mendorong orang untuk selalu berfikir, bahwa
mencintai orang lain itu adalah soal yang sederhana, akan tetapi yang sulit
justru mencari obyek yang tepat untuk mencintai atau untuk dicintai. Sikap
semacam itu mempunyai beberapa alasan yang berakar pada perkembangan masyarakat
modern. Salah satu alasannya ialah adanya perubahan besar yang terjadi dalam
abat ke-20, khususnya dalam pemilihan obyek cinta. Pada zaman Victorian,
sebagaimana yang banyak terjadi dalam masyarakat dengan kebudayaan yang masih
teradisional, cinta bukanlah terutma merupakan pengalaman pribadi yang spontan
yang kemudian mungkin mengarah kepada perkawinan. Namun sebaliknya perkawinan
diatur oleh adat, keluarga-keluarga terpandang, perantara perjodohan, atau
tanpa pertolongan semacam itu. Perkawinan di tentukan atas dasar pertimbangan
sosial, dan cinta dianggap berkembang sesudah perkawinan dilangsungkan.
Ilustrasi tentang hal ini tidak sulit kita cari dalam karya-karya sastra kita.
Yang paling klasik barangkali bisa kita petik dari Siti Nurbaya.
Pendapat
ketiga, yang mengarah kepada dugaan bahwa tidak ada yang harus di pelajari
dalam hal cinta ini terletak dalam
pencampuradukan antara pengalaman mula pertama jatuh cinta dan keadaan
tetap berada dalam cinta. Jika dua orang yang dahulunya merupakan orang asing
tiba-tiba meruntuhkan tembok diantara mereka, dan mereka merasa dekat atau
merasa satu,maka momen kesatuan inilah salah satu dari pengalaman yang paling
menyenangkan dan mengembirakan dalam kehidupannya. Kenyataan semacam itu
dirasakan benar-benar menakjubkan seakan-akan sebagai mukjizat bagi
pribadi-pribadi yang bersangkutan, yang sebelumnya tertutup dan terisolasi
tanpa cinta. Mukjizat keintiman yang tiba-tiba ini sering di permudah kalau di
padukan dengan, atau dimulai oleh daya tarik seksual dan pemuasnya. Akan tetapi
sekedar tahu bahwa tipe yang terakhir ini umumnya tidak berlangsung lama.
Berangkat
dari ketidakpuasan terhadap ketiga
pendapat tersebut di atas, kendatipun diakui telah banyak dianut oleh berbagai
kalangan. Frich Fromm mengajukan premis yang sama sekali berbeda dimana cinta
dianggapnya sebagai suatu seni.
Sebagai
suatu seni cinta memerlukan pengetahuan dan latihan. Dan sebagaimana lazimnya
mempelajari suatu seni, maka dibutuhkan pengetahuan teoritik terlebih dahulu sebelum
kita menguasai prakteknya. Berkat perpaduan antara kemampuan teoritik dan
praktis seni bisa dikuasai, berupa intuisi dan hakikat penguasaan. Akan tetapi,
sebenarnya, dua unsur itu saja belum cukup, sebab masih harus dilengkapi dengan
suatu sikap bahwa menguasai seni adalah tujuan tertinggi. Hal terakhir inilah
yang membuat orang enggan menguasai seni, kendatipun ia mendambakannya. Lagi
pula, sebagaimana disinyalir di muka, dewasa ini banyak orang lebih
mengutamakan hal-hal lain seperti keberhasilan, gengsi, uang dan kekuasaan.
Hampir seluruh daya digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan tidak sedetik
pun diluangkan untuk mempelajari seni mencinta.
Kembali
kepada kedua ilustrasi di awal pembahasn ini, maka apabila ayah kandung Arie
Hanggara dan anak kandung Ny.Salbia telah mencoba memahami seni mencinta
niscaya semua teragedi itu tak akan terjadi. Kasus tersebut terjadi lantaran
perasaan cinta telah mereka abadikan dan ini berakibat hilangnya penjaga
keseimbangan antara jiwa dan raga mereka. Satu hal yang patut disesali memang.
Padahal ajaran-ajaran agama sendiri pun cukup mengingaktan bahwa manusia adalah
binatang yang dibekali dengan akal budi. Sementara kita juga cukup tahu bahwa
cinta adalah merupakan salah satu unsur dari akal budi tersebut. Bilamana
manusia kehilangan cinta, mereka tidak akan mampu menetralisasikan sifat-sifat
kebinatangan yang ada dalam dirinya.
Cinta
adalah suatu kegiatan, dan bukan merupakan pengaruh yang pasif. Secara demikian
bisa pula dikatakan bahwa salah satu esensi dari cinta adalah adanya
kreatifitas dalam diri seseorang. Atau lebih tegas lagi bisa dikatakan, bahwa
cinta itu terutama terletak pada aspek memberi dan bukan dan menerima.
2.CINTA KASIH
DALAM BERBBAGAI DIMENSI
Dari
pembahasan di atas dapat kita tarik suatu pngertian bahwa cinta boleh dibilang
telah merupakan bagian hidup manusia. Pengakuan akan hal ini tidak saja
diberikan oleh anggota-anggota sesuatu komunitas tertentu, akan tetapi
kebenarannya telah diakui secara universal, dalam arti telah merupakan
pengertian yang sangat umum.
Lewat
pembahasan itu pula barangkali kita juga sempat menangkap wawasan yang lebih
luas dari hubungan cinta kasih antar insan. Tegasnya, yang namanya cinta tidak
sekedar pertautan antara unsur-unsur yang telah disebutkan, tetapi lebih luas
dari itu ia mempunyai hubungan pengertian dengan konstruk lain, seperti
misalnya kasih sayang, kemesraan, belas kasihan, ataupun dengan aktivitas
pemujaan.
Secara
longgar, kasih sayang bisa diartikan sebagai perasaan sayang, perasaan cinta,
atau perasaan suka kepada seseorang. Dari pengertian yang sangat sederhana
tersebut, tampak bahwa kasih sayang paling tidak menuntut adanya dua pihak yang
terlibat di dalamnya, yaitu seseorang yang mencurahkan perasaan sayang, cinta
atau suka, dan seseorang yang memperoleh curahan kasih sayang, cinta dan suka
itu sendiri.
Pengalaman
hidup kita sehari-hari memaksa kita untuk mengakui, bahwa bagaimana pun hidup
kita akan memperoleh arti apabila telah bisa kita peroleh perhatian dari orang
lain. Sementara ini kita sudah mengetahui pula bahwa yang namanya perhatian itu
pada dasarnya merupakan salah satu unsur dasar dari cinta kasih. Perhatian
tersebut bisa saja datang dari orang tua, saudara, suami atau istri, kawan,
atau kelompok orang yang lebih luas lagi. Pendek kata, sebagai manusia normal
kita sangat membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidup kita. Hidup kita akan
terasa indah, bahagia dan mengesankan apabila kita telah mampu memahami
berbagai perhatian orang lain. Untuk ini sangat menarik kiranya menyimak syair
Jalaluddin Rumi yang banyak dibicarakan orang.
Kasih
sayang, adalah sesuatu yang indah, suci, dan didambakan oleh setiap orang.
Sebagaimana cinta, kasih sayang tidak akan lahir tanpa orang yang melahirkan. Dengan
kata lain, seseorang tidak akan memperoleh kasih sayang apabila tidak ada orang
orang lain yang memberi. Secara demikian wajar kalau kita mengenal berbagai
macam bentuk kasih sayang, yangini semua sangat tergantung kepada kondisi
penyayang dan disayangi. Dengan bertitik tolak kepada kasus hubungan antara
orang tua dengan anaknya kita bisa membedakan berbagai bentuk kasih sayang
berikut ini :
Pertama,
Suatu bentuk kasihsayang di mana orang tua bersikap aktif sementara anak
bersikap pasif. Dalam hubungan ini orang tua memberikan kasih sayang yang
berlebihan terhadap anaknya, baik yang berupa moral atau material, sementara si
anak hanya menerima saja, mengiyakan tanpa sedikitpun berusaha memberikan
respon. Kondisi semacam ini biasa menciptakan anak yang senantiasa takut,
kurang berani menyatakan pendapat, minder, atau dengan kata lain cenderung
membentuk sosok anak yang tidak mampu berdiri sendiri dalam masyarakatnya.
Kedua,
Suatu bentuk kasih sayang dimana orang tua bersikap pasif anak bersikap aktif.
Dalam bentukini si anak mencurahkan kasih sayang kepada orang tuanya secara
berlebihan. Kasih sayang inidi berikan secara sepihak. Orang tua cenderung
mendiamkan tingkah laku anaknya dan tidak memberikan respon terhadap apapun
yang diperbuatsi anak.
Ketiga,
suatu bentuk kasih sayang di mana orang tua bersikap pasif sementara si anak bersikap pasif. Dalam
bentuk ini jelas masing-masing pihak membawa cara hidup dan tingkah lakunya
tanpa saling memperhatikan satu sama lain. Suasana keluarga terasa dingin, tidak
ada tegur sapa dan yang jelas tiada kasih sayang. Kecenderungan yang menonjol
dalam bentuk ini orang tua hanya memenuhi segala kebutuhan anak dalam bidang
materi semata-mata. Suasana keluarga yang demikian, sekaligus buahnya, bisa
kita tangkap dari Novel Kembang Pandang Kelabu melalui toko Elsye dan Adisti di
suatu sore :
‘Kau
tidak pernah mendengar, bahwa aku bekas tukang isap ganja? Pecandu narkotika?
Sudah lama aku hampir mati,” kata Elsye barapi-api.
Adisti
diam saja, ia memang pernah mendengar tentang hal ini.
“Itu yang selalu mereka gunjingkan
tentang aku, tapi mereka tidak tahu sebabnya. Sebab orang tuaku mempunyai
kedudukan yang begitu terhormat, maka aku yang disalah-salahkan. Katanya
akuanka nakal, sok, anak orang kaya, anak orang berpangkat, ugal-ugalan. Tapi
itu dulu dua tahun berlalu, ketika aku masih di SMA. Untung sebelum ujian aku
telah insyaf, aku bisa lulus. Dengan pertolongan orang-orang yang ahli aku
dapat terlepas dari kebiasaan terkutuk itu. Dan aku putuskan aku masuk asrama
demi masa depanku.”
................................................................................................................................................... “Kau merasa pasti bahwa aku temukan
kedamaian itu di sini ? Padahal, di rumahmu keadaannya tentu berkelebihan dalam
segalanya,” kata Adisti.
“Kau
juga salah ! kau hanya melihat dari luarnya. Di rumahku, aku gelisah, cemas,
ketakutan, jengkel dan dendam. Aku setiap saat melihat papa dan mama berbeda
pendapat terus hampir tak berhenti. Aku heran apa saja sebenarnyayangmereka
persoalkan. Aku tahu kalau aku ikut campur, mereka akan berbalik padaku. Aku
akan di cap anak lancang dan kurang ajar. Demi gengsi, mereka tidak bercerai,
itu mungkin pendapatku. Di rumah aku tidak pernah merasakan kedamaian, jauh
dari rasa kebahagiaan”.
Sedang
bentuk yang keempat, adalah suatu bentuk kasih sayang di mana orang tua
bersikap aktif sementara si anak juga bersikap aktif. Dalam bentuk ini orang
tua dan anak saling memberikan kasih sayang secara berlebihan, sehingga
hubungan antara orang tua dan anak terasa intim dan mesra, saling mencintai,
saling menghargai, dan yang lebih jelas saling membutuhkan.
Kasih
sayang, adalah satu kondisi yang merupakan pertumbuhanlebih lanjut dari cinta.
Percintaan antara dua remaja, misalnya, apabila diakhiri dengan perkawinan maka
dalam kehidupan rumah tangganya keluarga muda tersebut sudah tidak lagi
bercinta-cintaan, akan tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling
menumpahkan kasih sayang.
Dalam
kasih sayang, masing-masing di tuntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran,
saling percaya, saling pengertian, dan saling terbuka, sehingga keduanya
seakan-akan merupakan suatu kesatuan yang bulat utuh. Salah satu unsur tersebut
di atas hilang, boleh jadi akan retaklah keutuhan rumah tangga tersebut. Banyak
kasus membuktikan kebenaran semacam itu.
Kasih
sayang adalah suatu istilah yang konotatif, dan tidak denotatif. Namun satu hal
pasti, ia tidak akan muncul dan berkembang tanpa ada kehendak sesuatu pihak
yang memberikannya. Meskipun demikian satu hal juga patut untuk
dipertimbangkan, bahwa sebelum kita berkehendak memberikan kasih sayang kepada
orang lain, sudah barangtentu kita harus mampu terlebih dahulu memberikan kasih
sayang itu kepada diri kita sendiri secara wajar. Dalam ajaran islam, misalnya,
kebenaran akan kondisi semacam itu bisa diperkuat oleh salah satu pengalaman
Nabi Muhammad SAW. Berikut ini :
Dalam
perjalanan menaklukkan Mekkah, tentara islam di bawah pimpinan Nabi Muhammad
SAW berkemah.
Kebetulan
waktu itu bulan puasa. Melihat tidak sedikit diantara mereka yang letih, maka
beliau minta semangkuk air. Air itu dipertunjukan kepada umum lalu di minum
supaya diikuti. Ketika di ketahui bahwa
di antara mereka masih ada yang tetap berpuasa, maka maralah beliau
seraya bersabda, “Mereka bermaksiat.......................mereka bermaksiat !”
Dan
ketika Nabi melihat banyak orang yang berkerumun dengan mengembangkan sehelai
kain untuk melindungi salah seorang yang terlentang di jalan dari terik
matahari, beliau bertanya :
“Kenapa
orang ini ?” “Musafir sedang berpuasa Ya Rasullah,” jawab mereka. Makakata
beliau, “Tidak baik berpuasa sementara musafir. Terimalah dispensasi Allah itu
dan jangan di sia-siakan.”
Apa yang
bisa kita petik dari kutipan tersebut ? Ternyata kasih sayang, menurut Islam,
menempati posisi yang cukup tinggi, bahkan dibanding dengan peribadatan
sekalipun. Dan karena mencurahkan kasih sayang lebih utama dari melakukan peribadatan,
maka bisa dianggap bermaksiat bagi seseorang yang berpuasa dalam kepayahan.
Justru yang demikian ini bisa dianggap sebagai siksaan atau sama halnya dengan
tidak mencurahkan kasih sayang pada diri sendiri.
3.KASIH SAYANG
Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia karanganW.J.S.Purwodarminto, kasih sayang diartikan
dengan dengan perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada
seseorang.
Ada
berbagai macam bentuk kasih sayang, bentuk itu sesuai dengan kondisi penyayang
dan disayangi.
Dalam
kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang
ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila
diakhiri dengan perkawinan, maka di dalam berumah tangga keluarga muda itu
bukan lagi bercinta-cinta, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling
menumpahkan kasih sayang.
Dalam
kasih sayang ini sadar atau tidak dari masing-masing pihak dituntut tanggung
jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling
terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.
Bila
salah satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka
retaklah keutuhan rumah tangga itu.Kasih sayang yangtidak di sertai kejujuran
akan terancamlah kebahagiaan rumah tangga itu.
Yang dapat
merasakan kasih sayang bukan hanya suami atau istri atau anak-anaknya yang
telah dewasa, melainkan bayi yang masih merah pun telah dapat merasakan kasih
sayang dari ayah atau ibunya.
Bayi
yang masih merah telah dapat mengenal suara atau sentuhan tangan ayah atau ibunya. Bagaimana sikap ibunya
memegang / menggendong telah dikenalnya. Hal ini ialah karena sang bayi telah
mempunyai kepribadian.
Semua
itu sebenarnya wajar, karena tugas seorang ibu adalah menyusui anaknya dengan
kasih sayang yang tulus. Gambaran seorang ibu yang sedang menyusui anaknya
dapat kita saksikan setiap hari di dunia manapun. Justru seorang ibu yang tidak
dapat melaksanakan tugas itu, akan dianggap salah oleh masyarakat, keculai ibu
itu sakit atau karena satu dan lain hal tidak dapat menyusui anaknya.
Kasih
sayang itu tampak sekali bila seorang ibu sedang menyusui atau menggendong
bayinya itu diajak bercakap – cakap, ditimang-timang, dinyanyikan, meskipun
bayi itu tak tahu arti kata-kata, lagu dan sebagainya.
Kesimpulan :
Kasih
sayang dialami oleh setiap manusia, karena kasih sayang merupakan bagian hidup
manusia. Sejak lahir anak telah mengenal kasih sayang, meskipun ada pula
kelahiran anak tidak di harapkan, namun hal itu termasuk kekecualian. Kelahiran
anak yang tidak diharapkan, umumnya bukan lahir karena hasil kasih sayang.
Kasih
sayang yang berlebihan cenderung merupakan pemanjaan. Pemanjaan anak berakibat
kurang baik, karena umumnya anak yang dimanjakan menjadi anakyang sombong,
pemboros, tidak shaleh, dan tidak menghormati orang tua.
4.KEMESRAAN
Kemesraan
berasal dari kata dasar “Mesra”, yang artinya perasaan simpati yang akrab.
Kemesraan ialah hubungan akrab baik antara pria-wanita yang sedang di mabuk
asmara maupun yang sudah berumah tangga.
Kemesraan
pada dasarnya merupakan perwujudan kasih yang telah mendalam.Filsuf Rusia,
Salovjev dalam bukunya “MAKNA KASIH” mengatakan “ Jika seorang pemuda jatuh
cinta pada seorang gadis secara serius, ia terlempar keluar dari cinta diri. Ia
mulai hidup untuk orang lain.”
Pernyataan
ini di jabarkan secara indah oleh William Shakespeare dalam kisah
“Romeo dan Juliet”. Bila di Indonesia kisah Rara Mendut Pranacitra.
Yose
Ortega Y. Gasset dalam novelnya “On Love” mengatakan, “di kedalaman sanubarinya
seorang pecinta merasa dirinya bersatu tanpa syarat dengan obyek cintanya.
Persatuan bersikap kebersamaan yang mendasar dan melibatkan seluruh
eksistensinya.”
Selanjutnya
Yose mengatakan, bahwa si pecinta tidaklah akan kehilangan pribadinya dalam
aliran enersi cinta tersebut. Malahan pribadinya akandi perkaya, dan di
bebaskan. Cinta yang demikian merupakan pintu bagi seorang untuk mengenal
dirinya.
Di bawah
sorotan pandangan evolusi, cinta menjadi lebih agung lagi, karena ia merupakan
daya pemersatu dalam alam semesta, dan kondisi utama yang memungkinkan hidup.
Kemampuan mencinta ini memberi nilai pada hidup kita, dan menjadi ukuran
terpenting dalam menentukan apakah kita maju atau tidak dalam evolusi kita.
Dari
uraian di atas terlihat betapa agung dan sucinya cinta itu. Bila seseorang
mengobral cinta, maka orang itu merusak nilai cinta, yang berarti menurunkan
martabat dirinya.
Cinta
yang berlanjut menimbulkan pengertian daya kreativitas manusia. Dengan
kemesraan orang dapat menciptakan berbagai bentuk seni sesuai dengan kemampuan
dan bakatnya.
Hubungan yang akrab dituangkan dalam
bentuk seni misalnya seni pahat, senipatung, seni lukis, seni sastra dan
sebagainya sesuai dengan bakatnya. Dalam seni tari berbagai daerah mengenai
bentuk tari kemestaan seperti tari “Karonsih” dari Jawa Tengah, tari “Merak”
dari Jawa Barat, dan lain-lain yang biasanya ditarikan dalam resepsi
perkawinan.
Dalam seni musik, lagu kemesraan
hampir tiap menit kita dengar melalui radio atau alat media elektronika yang
lain. Lagu-lagu kemesraan antara lain “Cinta” ciptaan Rinto Harahap,
“Mimpi-mimpi Tinggallah Mimpi” ciptaan Tirto Saputra dan lain-lain.
Dalam kehidupan manusia terdapat
berbagai kasus kemesraan. Di dalam drama TVRI yang berjudul Tigor, betapapun
mesra hubungan Tigor dengan Minah, Namun orang tua Minah, Jaya Kepruk semula
tak menginginkan hubungan anaknya dengan Tigor, pemuda “seberang”.
Tigor pemuda dari Tapanuli, bertugas
di daerah Jaya Kepruk untuk membantu pembangunan daerah itu. Ia mendukung
gagasan Pak Lurah yangbermaksud membuat saluran air dengan mengorbankan
sebagian tanah sawah Jaya Kepruk, tetapi gagasan itu sangat menguntungkan orang
banyak.
Jaya Kepruk tidak setuju dengan
gagasan ini, karena akan merugikan dia. Karena itu, ia sangat benci kepada Tigor, pemuda “seberang”.
Tigor tinggal di rumah janda kaya
Jaya Kepru, Janda Jaya Kepruk memperingatkan Tigor, agar ia mengurungkan
niatnya meminang Minah. Hal ini karena ia tau sifat dan tabiat Jaya Kepruk.
Bila Tigor ke rumah Jaya Kepruk dengan bermaksud meminang Minah, maka dapat
diibaratkan sebagai masuk mulut harimau.
Tigor yang berhati lurus pantang
menyerah. Ia tetap datang ke rumah Jaya Kepruk untuk meminang Minah. Kedatangan
di sambut oleh Jaya Kepruk denganmuka seram. Tetapi Tigor tidak gentar
sedikitpun. Terjadilah dialog antara Jaya Kepruk dengan Tigor :
Jaya Kepruk : “ Mengapa kamu melamar anak saya ?”
Tigor :
“ Saya cinta pada Minah !”
Jaya Kepruk : “ Kau tidak takut pada saya ?”
Tigor :
“Apa sebab saya takut kepada Bapak ? saya tidak takut kepada siapapun, saya hanya takut kepada Tuhan.
Karena
Tigor dianggap pemuda yang kepribadiannya tegas, dan berani karena benar,
akhirnya Jaya Kepruk mengijinkan Tigor mengawini anaknya.
Jaya Kepruk : “ Kau boleh kawin dengan anakku, tetapi
tidak boleh kau bawa pulang ke Sumatera.”
Tigor : “ Apa sebab, Pak ? “
Jaya Kepruk : “ Minah tidak bisa berbahasa Batak. Nanti
di sana tidak bisa ngomong apa-apa !”
Tigor :
“ Oh tidak, Pak. Kami disana tidak mempergunakan bahasa Batak, kami mempergunakanbahasa
Indonesia.”
Akhirnya
Jaya Kepruk mengizinkan Minah dibawa suaminya ke daerahnya. Karena ia sadar
bahwa Tapanuli ( Daerah Batak ) itu juga tanah airnya dan bahas Indonesia, juga
bahasanya yang dipakai oleh rakyat di seluruh Indonesia.
Dalam
drama TVRI itu, kita jumpai nilai-nilai manusia. Penyadaran pengertian bangsa,
bahasa, dan tanah air. Tokoh Tigor yang di katakan pemuda “seberang” oleh orang
kampung di daerah Jawa Tengah, berhati lurus sesuai dengan namanya, dan
bertanggung jawab atas segala ucapan dan tindakannya.
Jaya
Kepruk tidak setuju dengan gagasan Lurah yang merugikan dirinya. Tigor
mendukung gagasan itu, demi kepentingan orang banyak. Ia mencintai Minah, anak
Jaya Kepruk, tetapi dukungan terhadap gagasan Lurah tetap tak di cabut dan tak
megendor. Keperibadian kuat seperti itulah yang dibutuhkan untuk membangun
tanah air yang kita cintai ini.
Kesimpulan :
Kemesraan
adalah hubungan akrab antara pria-wanita atau suami-istri. Kemesraan merupakan
bagian hidup manusia. Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai kasus
kemesraan. Kemesraan dapat membangkitkan daya kreativitas manusia untuk
menciptakan atau menikmati seni budaya, seni sastra, seni musik, seni tari,
seni lukis dan sebagaiya.
Dalam
lukisan seni budaya itu mengandung nilai-nilai kehidupan, moral pelakunya,
kebobrokan sosial, ketidakadilan, dan sebagainya. Semua itu wajib di kaji para
cendekia agar dirinya tidak terkungkung dalam bidangya.
5.PEMUJAAN
Pemujaan
adalah perwujudan cinta kasih manusia kepada Tuhan. Kecintaan manusia kepada
Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini, karenapemujaan
kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Apakah
sebab hal itu terjadi karena Tuhan pencipta alam semesta. Seperti dalam surat
Al-Furqan ayat 59 - 60 yang menyatakan, “ Dia yang menciptakan langit dan bumi
beserta apa-apa yang ada diantara keduanya dalam enam rangkaian masa, kemudian
Dia bertahta di atas Singgasana-Nya. Dia maha pengasih, tanyakanlah kepada-Nya
tentang soal-soal apa yang perlu diketahui “. Selanjutnya ayat 60, Bila
dikatakan kepada mereka , “ Sujudlah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih ”.
Tuhan
adalah pencipta, tetapi Tuhan juag penghancur segalanya, bila manusia
mengabaikan segala perintah-Nya. Karena itu ketakutan manusia selalu
mendampingi dalam hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia
memuja-Nya. Dalam surat Al-Mu’minun ayat 98 dinyatakan, “ Dan aku berlindung
kepada-Mu. Ya Tuhanku, dari kehadiran-Nya di dekatku.” Dan dalam injil surat
Rum "ayat 1 – 2 berbunyi, “ Memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucapkan
syukur kepada-Nya.”
Jelaslah
bagi kita, bahwa pemujaan kepada Tuhan adalah bagian hidup manusia, karena
Tuhan pencipta semesta untuk manusia, karena Tuhan pencipta semesta termasuk
manusia sendiri. Dan penciptaan semesta untuk manusia.
Manusia
cinta kepada Tuhan, karena Tuhan sungguh Maha Pengasih dan Maha penyayang.
Kecintaan manusia itu dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan atau sembahyang.
Dalam surat An-Nur ayat 41 anatar lain dinyatakan,” Apakah engkau tidak tahu
bahwasannya Allah itu dipuja oleh segala
yang ada di langit dan di bumi....”
a.Cara Pemujaan
Dalam
kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai dengan agama,
kepercayaan, kondisi, dan situasi. Sembahyang di rumah, di masjid, di gereja,
di pura, di candi bahkan di tempat-tempat yang dianggap keramat merupakan
perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang dianggap Tuhan.
Di alam
semesta ini tidak ada seorang pun yang
membantah bahwa Tuhan itu pencipta segala –galanya. Bahwa Tuhan Maha Kuasa,
Maha Tahu, Maha Menentukan, Maha bijak, Maha Kasih dan masih banyak Maha lagi
sifat Tuhan, tidak ada yang menyangkal.
Dalam
kehidupan sehari – hari orang menyatakan, “ Tuhan telah menggariskan” dan lain
– lain. Itu semua pertanda orang mengakui kebesaran Tuhan.
Oleh
karena itu,pemujaan – pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin
berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal itu berarti manusia mohon ampun atas segala
dosanya, mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukan
jalan yang benar, mohon di tambahkan segala kekurangan yang ada padanya dan lain – lain.
Bila setiap hari sekian kali manusia
memuja kebesaran-Nya dan selalu mohon apa yang kita inginkan, dan Tuhan selalu
mengabulkan permintaan umat-Nya, maka wajarlah cinta manusia kepada Tuhan
adalah cinta mutlak ? cinta yang tidak dapat di tawar – tawar lagi. Alangkah
besar dosa kita, apabila kita tidak mencintai-Nya meskipun hanya sekejap.
b.Tempat Pemujaan
Masjid,
Gereja, Candi, Pura dan lain lagi merupakan tempat manusia berkomunikasi dengan
Tuhannya atau yang dianggap Tuhan. Di tempata-tempat itu dianggap Tuhan “berada”, karena itu orang islam
menamakan masjid “rumah Allah”, mak wajarlah tempat-tempat itu dibuat sebagus
mungkin, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan karena tempat itu dianggap
suci, maka tidaklah pantas dan tidak wajar bila tempat-tempat itu dipergunakan
untuk segala keperluan, kecuali keperluan untuk membesarkan nama Tuhan.
Apabila
masyarakat berhasil membangun tempat memuja, tempat manusia berkomunikasi dengan
Tuhan atau yang dianggap Tuhan sebesar dan seindah mungkin, maka banggalah
masyarakat itu. Kebanggaan itu adalah kepuasan batinnya akan kemaksimalan
cintanya, pengapdiannya kepada Tuhan.
Bangsa
Indonesia memiliki Borobudur sebagai tempat pemujaan agama Budha yang tidak ada duanya di dunia
pada jamannya. Untuk itu bangsa Indonesia bangga, meskipun bangsa Indonesia
yang tinggal di sekitar Candi Borobudur pada waktu itu tidak memeluk agama
Budha. Hal ini merupakan bukti akan kemaksimalan bangsa Indonesia pada waktu
itu akan cintanya kepada Tuhannya.
Banyak
tempat pemujaan yang merupakan kebanggaan
bangsa yang memiliki monumen itu,
misalnya Candi Wisnu di Kamboja, yang dikenal dengan Angkor, merupakan
kebanggaan bagi bangsa Kamboja sebagai bukti cinta terhadap “Tuhannya”.
c.Berbagai Seni Sebagai Manifestasi Pemujaan
Seperti
dikemukakan di depan cinta menimbulkan daya kreativitas penciptanya. Pengertian
kreativitas pencintanya. Pengertian kreativitas antara lain ialah mencipta.
Dalam seni pahat banyak kita jumpai acara-acara yang menggambarkan dewa-dewa
atau sesuatu yang di pujanya. Sudah tentu tinggi rendahnya hasil seni itu tergantung
pada penciptanya.
Seni
tari pun ada pula yang bersifat mengagungkan nama Tuhan atau dianggap “Tuhan”.
Misalnya tari Sanghayang Dedari dan tari Sanghayang Jaran di Bali adalah tarian
bersifat keagamaan. Tari itu hanya di tarikan pada upacara agama dan tidak
boleh di tonton olehpara turis, penontonnya sangat terbatas. Lagi pula tarian
itu di tarikan pada dini hari tidak sembarang waktu.
Kesimpulan :
Pemujaan
terhadap Tuhan pada hakikatnya merupakan manifestasi cinta kepada Tuhan. Cinta
membangkitkan daya kreativitas. Pengertian dasar kreativitas adalah mencipta,
menemukan, berkarya, mencari bentuk-bentuk yang dapat mewujudkan hubungan yang
misterius. Dalam mencari bentuk-bentuk ini pemujaan dapat berupa : sembahyang
sebagai media berkomunikasi membangun tempat beribadah yang sebaik dan seindah
mungkin, mencipta lagu, puisi, novel, film dan sebagainya.
6.BELAS KASIHAN
Dalam
surat Yohanes di jelaskan ada 3 macam cinta. Pertama, Cinta agape ialah cinta
manusia kepada Tuhan yang di terangkan pada kegiatan belajar. Kedua, Cinta
philia ialah cinta kepada ayah ibu ( orang tua ) dan saudara. Dan ketiga, Cinta
eros atau amor adalah cinta antara pria dan wanita. Beda antar cinta eros dan
amor adalah cinta eros karena kodrati sebagai laki-laki dan perempuan, sedangkan
cinta amor karena unsur-unsur yang sulit di nalar, misalnya gadis normal yang
cantik mencintai dan mau menikahi pemuda yang kerdil.
Di
samping itu masih ada cinta lagi yaitu cinta terhadap sesama. Cinta terhadap
sesama merupakan paduan cinta agape dan cinta phila.
Cinta
sesama ini diberikan istilah “Belas Kasihan” untuk membedakan antara cinta
kepada orang tua, pria-wanita, cinta kepada Tuhan. Masih ada cinta lagi yaitu
cinta kepada Bangsa dan Tanah air, tetapi dalam hal selanjutnya hanya
dibicarakan mengenai cinta kepada sesma.
Dalam
cinta sesama ini dipergunakan istilah belas kasihan, karena cinta di sini bukan
karena cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaan.
Penderitaan ini mengandung arti yang luas mungkin tua, tua dan sakit-sakitan,
yatim piatu, penyakit yang di deritanya, dan sebagainya.
Dari
surat Al-Qalam ayat 4 maka manusia menaru belas kasihan kepada orang lain,
karena belas kasihan aalah perbuatan orang yang berbudi. Sedangkan orang yang
ber’audi sangat di pujikan oleh Allah SWT.
Perbuatan
atau sifat yang menaruh belas kasihan adalah yang berakhlak. Manusia mempunyai
potensi untuk berbelas kasihan. Misalnya sanggupkah ia menggunggah potensi
belas kasihannya itu. Bila orang itu terduga hatinya maka berarti orang itu
berbudi dan terpujilah oleh Allah SWT.
Dalam
essay ‘’on love’’ ada pengertian bahwa cinta adalah rasa persatuan
syart.Itu berarti dalam rasa belas
kasihan tida mengandung unsur “pamrih”.belas kasihan yang kita tumpahkan
benar-benar keluar dari lubuk hati yang ikhlas.Kalo kita memberikan uang kepada
pengemis agar dapat pujian,itu berarti tida ikhlaas,berarti ada tujuan
tertentu.Hal seperti itu banyak terjadi dalam masyarakat.
Dalam
essay itu pula di jelaskan bahwa orang yang menaruh belas kasih dan yang d
tumpahi belas kasih ada kebersamaan yang mendasar,maksudnya yang berbelas
kasihan dapat merasakan penderitaan orang yang di delas kasihani.
Cara-cara menumpahkan belas kasih
Dalam
kehidupan banyak sekali yaNg harus kita kasihi dan banyak cara kita menumpahkan
rasa belas kasihan.Yang perlu kita kasihi antara lain:orang jompo yang tida
mempunyai ahli waris,pengemis yang bener-bener tidak mampu bekerja, orang sakit
dirumah sakit, orang cacat, msyarakat kita yang hidup menderita dan sebagainya.
Berbagai
macam cara orang memberikan belas kasihan bergantung pad asituasi dan kondisi.
Ada yang memberikan uang, ada yang memberikan barang, ada yang memberikan
pakaian, makanan dan sebagainya.
Bahkan
pangeran Siddharta menyatakan belas kasihan kepada rakyatnya dengan jalan
meninggalkan istana untuk menjadi biksu. Pada suatu hari pangeran Siddharta
keluar istana diiringkan hamba sahayanya secara secara diam-diam. Dalam
perjalanan ia menjumpai orang sakit ; ia tanyakan kepada hambanya : “Kenapa
orang itu ?” dijawabnya pertanyaan itu maka merenunglah pangeran Siddharta.
Setiba di istana tergoda hatinya oleh penderitaan di luar istana dan di
bandingkan dengan kemewahan di istana.
Akhirnya
ia memutuskan untuk meninggalkan istana, pergi ke hutan, mencari arti hidup.
Betapa piluh hati ayah bundanya menyaksikan putra pangerannya, calon
penggantinya berpakaian biksu sedang mengemis di pasar. Sekali tidak diberi,
kembalilah ia ke hutan ke tempat ia bertapa sampai hari yang diijinkan untuk
mencari makan dengan cara mengemis. Pangeran Siddharta akhirnya menjadi Budha
Gautama penyebar agama Budha.
Belas
kasihan pada sesama pada hakikatnya adalah cinta kasih terhadap sesama, yang
berarti melaksanakan ajaran agama. Bahwa kita wajib mencintai sesama, berarti
orang berbudi. Berbudi perbuatan yang dipuji oleh Allah SWT. ( Surat Al-Qalam
ayat 4 ).
Cara
orang menumpahkan belas kasihan bermacam-macam, sesuai dengan siapa yang
dibelaskasihi dan bergantung pada situasi dan kondisi.
Belas
kasihan dapat menimbulkan daya kreativitas, yang berarti orang dapat berbuat,
berkarya, mencipta, mencari, menemukan dan lain-lain. Dalam seni budaya belas
kasihan dapat berupa bermacam-macam bentuk seni: seni suara, seni puisi, seni
sastra (prosa) dan lain-lain.
Bentuk-bentuk
seni budaya tersebut mengandung nilai-nilai hidup, norma serta moral, yang bila
di kaji dan mempertinggi daya tanggap, persepsi serta pemelaran wawasan kita.
7.MANUSIA DAN
CINTA KASIH
“Hidup tanpa cinta
itu kosong”. Cinta amat penting dalam kehidupan manusia. Belumlah sempurna
hidup seseorang itu jika di dalam hidupnya tidak pernah di hampiri atau di
hinggapi perasaan cinta. Karena hidup manusia di dunia ini tidak hanya seorang
diri, melainkan selalu melibatkan pihak lain, maka dengan istilah “cinta”
tersebut harus diartikan baik “mencintai” maupun “ dicintai” ; pihak lain yang
di maksud di sini bukan hanya oranglain, melainkan juga benda-benda atau
makhluk lain.
Karena
cinta itulah kehidupan ini ada. Bukankah manusia iu berbuat atau melakukan
sesuatu karena dorongan perasaan cinta tersebut ? Bukan hanya manusia,
binatang-binatang pun sesungguhnya berbuat suatu karena dorongan perasaan
cinta. Hanya bedanya, manuisa berbuat karena kesadaran atau akalnya, sedangkan
binatang berbuat karena nalurinya. Pada
hakikatnya cintalah yang terdapat pada asal mula dari hidup, sekurang-kurangnya
rasa cinta akan diri sendiri ;
demikinalah yang pernah di katakan oleh Prof.Dr.Louis Leahy SJ ( Louis Leahy :
1984 ).
Dalam
setiap diri manusia terdapat dua sumber kekuatan yang menggerakan manusia untuk
berbuat atau bertingkah laku; termasuk mencinta atau dicinta, tentunya. Dua
sumber kekuatan yang di maksud tadi ialahakal dan budi di satu pihak, dan pihak
lain adalah nafsu. Jadi perasaan cinta pun dapat di pengaruhi oleh dua sumber.
Yaitu perasaan cinta yang digerakan oleh akal budi, dan perasaan cinta yang
digerakan oleh nafsu. Yang pertama disebut cinta tanpa pamrih atau cinta
sejati. Dan yang kedua disebut cinta nafsu atau cinta pamrih. Oleh
Prof.Dr.Louis Leahy SJ, cinta tanpa pamrih disebut: cinta kebaikan hati ;
sedangkan cinta nafsu atau cinta berpamrih disebut cinta utilitaris atau yang
bermanfaat , artinya, yang mengindahkan kepentingan diri sendiri. Biasa disebut
orang dengan istilah cinta karena ada udang di balik batu.
Sesuai
dengan tugas manusia sebagai pengemban nilai moral, seharusnya manusiaharus
selalu berusaha agar perasaan cinta yang tumbuh dalam hati tidak jatuh ke
lembah cinta nafsu, apalagi sampai tak bermoral dan cinta nafsu sampai kelewat
batas, jelas harus kita hindari.
Perasaan
antar sesama, hendaknya perasaaan cinta yang berangkat dari dasar rasa “tepah
selira”. Dengan cara menempatkan diri kitapada diri orang lain. Dengan demikian
kita akan merasasatu dengan oarng yangkita cintai. Namun kesatuan yang terjadi
bukanlah kesatuan yang “simbolik”. Bukan kesatuan yang saling bergantung dan
saling menguntungkan. Juga bukan keatuan yang bersifat “kepatuhan” kesatuan
dalam cinta yang kitatumbuhkan haruslah yang tetap menjamin kepribadian dan
individualitas masing-masing.
Dalam
cinta kasih atau cinta sejati tidak ada kehendak untuk memiliki, apalagi
menguasai. Yang ada hanyalah rasa solidaritas, rasa senasib dan rasa
sepenanggungan dengan yang kita cintai dantumbuh dengan secara wajar dan
bersifat sukarela. Cinta kasih sejati sedikitpun tidak ada hubungannya
kenikmatan atau keinginan ( Mary Lutyens, 1969 ). Menurut Moh.Said cinta kasih
atau cinta sejati tidak menimbulakn kewajiban, melainkan tanggung jawab. (
Moh.Said Reksohadiprojo, 1976 ).
Cinta
kasih atau cintasejati adalah rasa cinta yang tulus yang tidakmemerlukan atau
menuntut balas. Ia lebih banyak memberi daripada menerima. Hali ini sesuai
dengan nyanyian seperti :
Kaish
ibu kepad beta
Tak
terhingga sepanjang masa
Hanya
memberi
Tak
harap kembali
Bagai
sang surya menyinari dunia.
Atau yang dikatakan oleh penyair Khalil Gibran ;
Cinta
tak memberikanapa-apa, kecuali
Keseluruhan
dirinya, utuh penuh
pun tak
mengambil apa-apa kecuali
dari
dirinya sendiri
cinta
tak memiliki ataupun dimiliki
karena
cinta telah cukup untuk cinta.
Demikianlah
wujud cinta terhadap sesama manusia yang harus kita tumbuhkan dalam hati
nurani. Cinta kasih atau cinta sejati adalah cinta kemanusiaan; yang tumbuh dan
berkembang dalam lubuk sanubari setiap manusia bukan karena dorongan sesuatu
kepentingan; melainkan atas dasar kesadaran bahwa pada hakikatnya kemanusiaan
itu satu.
Maka
cinta kasih itu akan meliputi seluruh dunia, tanpa melihat suku bangsa, warna
kulit, agama dan sebagainya; dan tidakmengenal batas waktu. Cinta kasih bersifat
abadi, karena ia tidak bergantung pada sesuatu yang ada dan melekat pada
sesuatu yang dicintai. Cinta kasih “keberadaannya” bukan disebabkan oleh
unsur-unsur yang bersifat eksternal, yang ada di luar diri kita, melainkan
justru oleh unsur-unsur yang bersifat internal, yang bersemayam dan berkembang
di dalam diri kita masing-masing.
Cinta
kasih tidak mengenal iri, cemburu, persaingan dan sebangsanya. Yang ada adalah
perasaan yang sama dengan perasaan yang ada pada orang yang dicintai, mengapa ?
Karena dirinya adalah diri kita. Bagi cinta kasih pengorbanan adalah suatu
kebahagiaan. Sebaliknya ketidak mampuan membahagiakan atau paling tidak
meringankan beban yang dicintai atau dikasihi adalah suatu penderitaan.
PENUTUP
Mudah-mudahan
dengan penulisan makalah ini pembaca mengerti dan menambah wawasan dari
pembahasan tentang “Manusia dengan Cinta Kasih”.Terima Kasih
DAFTAR PUSTAKA
-Buku Ilmu Budaya Dasar ( Drs.Djoko
Widagho, dkk )
Titanium pipe for a pipe for a pipe - TITNIA AGE
BalasHapusTitanium Stone titanium damascus knives and titanium gr 2 Steel titanium jewelry piercing pipe for citizen titanium dive watch a pipe infiniti pro rainbow titanium flat iron